Kampung Pelajar, Jum’at (21/11/2014). Sosok MM (MIswarul Muhdi) mengingatkan kita pada sebuah kisah dalam mitologi Yunani Kuno. Alkisah seorang Raja Midas yang amat sakti, segala yang tersentuh tangannya berubah menjadi emas. Hikmah kisah ini bukan tentang keluhan Midas yang kebingungan dengan kesaktiannya itu sebab makanan yang akan di santapnya juga berubah menjadi emas. Tetapi tentang kesktian Midas mengubah segala sesuatu menjadi emas.
MM mengngatkan pada konsep filosifis “dari tiada menjadi ada”. Di tangan MM, konsep itu menjadi riil. Berkat ketekunan dan kerja kerasnya, MM berusaha membuat gagasan dan pemikiran yang bermanfaat bagi dirinya, keluargannya dan banyak orang. Khususnya mahasiswa. Diantaranya menciptakan iklim organisasi yang sejuk, kondusip, dan dapat mengharumkan nama mahasiswa di mata Dosen bahkan masyarakat Aceh Tenggara.
Keperceyaan ini segala-galanya, sekali kepercayaan lintur dengan sendirinya amanah luntur. Untuk mendapatkan kepercayaan dari mahasiswa, diperlukan kerja keras dan senantiasa berfikir sehat dan positif. Kendati dalam politik sering terjadi penyimpangan etika politik, tetapi sebagian mahasiswa yang mau maju tetap harus mengembangkan moral dan idealism.
Dalam praktik organisasi (politik) selama sesuatu masih dalam batas yang wajar tidak menjadi masalah. MM mengaku, dalam melaksanakan segala kegiatannya, senantiasa dia coba sesuai dengan hokum dan system. Mencermati visi dan misi PEMA 2015 yang dibangun dengan optimism yang rasional. Saya lihat dia menempatkan PEMA dalam prediksi besaran entitas MM rasa optimis lahir dan tumbuh dari cara memandang masa depan yang lebih baik, modal memacu semangat. Rasional dibentuk melalui proses yang terarah didasarkan atas kajian komprehensif, mendalam dan bertanggung jawab secara ilmiah. Semua diciptakan melalui sinergi komponen UKM, BEM, dan PEMA. Untuk mencapai itu diperlukan tiga syarat : Kepemimpinan yang kuat, iklim organisasi yang kondusif, dan kebijakan yang komprehensif. (H.A UGL)
#Edisi22